Relasi Publik- Gorontalo—Kota Gorontalo. Sebanyak 50 Peserta Rehabilitasi Sosial pada Lapas Kelas IIA Gorontalo lakukan test urine pada Senin (24/01) guna persiapan asesmen tahap awal Pelaksanaan Program kegiatan Rehabilitasi Sosial
Dimana kegiatan ini dilakukan oleh jajaran Perawat dan Dokter Klinik Pratama Lapas Kelas IIA Gorontalo yang di pimpin langsung oleh dr. Yolanda Djafar.
Disaksikan langsung oleh Kasdin Lato, SH selaku Kasi Binadik Lapas Kelas IIA Gorontalo yang juga sebagai pembina beliau menyampaikan bahwa “Program Rehabilitasi Sosial ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup yang dimiliki peserta dalam hal ini WBP. Pasalnya selama mengikuti Program Rehabilitasi Sosial ini, para peserta akan didorong untuk dapat hidup disiplin, jujur, dan mampu beradaptasi dan berkomunikasi secara positif dengan lingkungan sekitar”ungkapnya.
Lebih lanjut Program Rehabilitasi Sosial ini merupakan Program Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk warga binaan penyalahgunaan narkotika. Program ini sangat penting karena dapat memperbaiki kualitas hidup para Warga binaan agar saat bebas nanti bisa beradaptasi dengan masyarakat dan menyesali serta pemacu perubahan kearah yang lebih baik, tegas Kasdin
Sementara itu dr. Yolanda menjelaskan bahwa “Test urin ini sebagai tolak ukur apakah peserta rehabilitasi benar-benar mengikuti program dengan baik dalam artian bebas dari konsumsi narkoba atau sejenisnya. Jadi sejak awal program kami lakukan deteksi dini dengan melakukan test urine,” ungkap yang akrab di panggil dr. Yola
Ditempat terpisah Kalapas Kelas IIA Gorontalo Indra S. Mokoagow menegaskan “jika nanti terdapat peserta yang terkonfirmasi menyalahgunakan obat-obatan terlarang dalam mengikuti Program Rehabilitasi Pemasyarakatan akan segera ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku.”
“Apabila peserta Program Rehabilitasi kedapatan melakukan pelanggaran, maka konsekuensinya hak integrasinya akan kami pertimbangkan kembali,” tambahnya. Dalam pelaksanaan test urine ini alhamdulillah berdasarkan informasi langsung dari petugas Klinik Pratama Lapas Gorontalo semua hasil dsri 50 peserta program dinyatakan “negatif” ujar Kalapas”.
dr. Yola juga nenyampaikan secara detail bahwa diawal Program Rehabilitasi Sosial setelah dilakukan assesment awal terdapat banyak perubahan dan karakter yang dibawa para peserta, mulai dari meningkatnya penyesalan diri, keinginan berubah lebih baik lagi, meningkatnya kedisiplinan, rasa loyalitas, kejujuran, hingga kekompakkan antar sesama Warga Binaan Pemasyarakatan” ungkapnya.
Ditegaskan juga oleh salah satu petugas perawat Klinik Pratama Lapas Gorontalo bernama Yulita Gobel yang juga selaku konselor beliau mengungkapkan bahwa “Selama saya mendampingi mereka peserta Rehab secara kasat mata banyak perubahannya. Sekarang mereka jauh lebih disiplin, lebih menghargai waktu, dan jauh lebih religius, semoga hal ini berlangsung secara konsisten hingga mereka bebas kelak nanti” tuturnya.
“Semoga mereka bisa mempertahankan perubahan ini dan kalau bisa mampu mempengaruhi warga binaan disekitarnya agar mau berubah ke arah lebih baik,” harap yulita.
(RM)
Discussion about this post